Model Pemelajaran Fonik dan Cantol Roudhoh


MAKALAH
MODEL PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI KELAS RENDAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Rendah”
Dosen Pengampu: Sigit vebrianto Susilo, M.Pd


Di susun Oleh:
1.       Analda Rizki Pratama    (18.22.1.00..)
2.      Annisa Nahda Kamilla    (18.22.1.00..)
3.      Ayu Rahmawati               (18.22.1.00..)

Kelas 2A

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAJALENGKA
2018/2019



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayat, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah sederhana tentang “Model Pembelajaran Fonik dan Cantol Roudhoh” ini tanpa halangan apapun dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebanyak – banyaknya kepada Bapak Sigit Vebrianto Susilo, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah “Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Rendah”yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi dukungan dalam pembuatan makalah ini, dan tak lupa kepada teman – teman kelompok dua yang telah bekerja keras dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna, dan masih banyak kekurangan, untuk itu kami tetap mengharapkan masukan – masukan baik berupa kritik yang membangun mapun saran – saran kontruktif demi peningkatan makalah yang lebih baik di masa mendatang.
     


Majalengka,   Maret 2019


Penyusun


DAFTAR ISI
                                                                             
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………...…...ii
BAB I    : PENDAHULUAN
A.                          Latar Belakang .................................. ……………...………….1
B.                          Rumusan Masalah.......................................................................3
C.                          Tujuan Pembahasan.....................................................................3
BAB II   :  PEMBAHASAN
A.    Membaca Permulaan …………………………………………….……4
B.     Tujuan Membaca Permulaan …………………………………...…….5
C.     Model Pembelajaran Fonik dan Cantol Roudhoh …………..……….6
BABIII : PENUTUP
A.   Simpulan .........................................................................................................15
B.   Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..iii







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern.
Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik ( improvement oriented ). Hal ini tentu saja menyangkut berbagai bidang, tidak terkecuali bidang pendidikan. Komponen yang melekat pada pendidikan diantaranya adalah kurikulum, guru dan siswa.
Dalam proses pembelajaran keberadaan guru sangatlah urgen, karena guru yang menentukan, apakah tujuan pembelajaran tercapai atau tidak?, bagaimana kompetensi siswa ?
Hasil studi menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu pendidikan yang cukup menggembirakan, namum pembelajaran dan pemahaman siswa di tingkat dasar pada beberapa materi pelajaran menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Pembelajaran di tingkat sekolah dasar.
Pembelajaran konsep cenderung abstrak dan dengan metode ceramah, sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa atau sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, atau dengan kata lain tidak melakukan pengajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi, dan sebagai akibat motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistis.
Menurut pendapat oleh Peter Sheal (1989) sesuai dengan “Kerucut Pengalaman Belajar” Dia menyatakan (hasil penelitian) bahwa peserta didik yang hanya mengandalkan “penglihatan” dan “pendengaran” dalam proses pembelajarannya akan memperoleh daya serap kurang dari 50%. Di sisi lain, dalam melaksanakan proses belajar mengajar, kurang dari 20% guru yang menggunakan alat bantu pembelajaran. Kurang dari 30% guru yang selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga wajar apabila evaluasi hasil belajar hasilnya belum seperti yang di harapkan.
Dampak lain dari proses pembelajaran tersebut adalah siswa lebih sering menonton gurunya mengajar dari pada memperhatikan guru mengajar. Sehingga guru yang “lucu ” apalagi memberi nilai “murah ” akan menjadi favorit para siswa. Akankah hal seperti ini kita biarkan atau bahkan dipertahankan? Atau kita akan mendobrak dengan langkah baru? Apa yang kita lakukan dalam menyikapi Kurikulum 2013 itu akan menentukan siapa diri kita sebenarnya. Apakah kita termasuk penganut status quoatau menjadi agent of change? Guru yang ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik, memang bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan.
Mencermati hal tersebut di atas, perlu adanya perubahan dan pembaharuan, inovasi ataupun gerakan perubahan mind set kearah pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya dan khususnya tujuan pembelajaran. Pembelajaran matematika hendaknya lebih bervariasi metode maupun strateginya guna mengoptimalkan potensi siswa. Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variabel pembelajaran, merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran yang berguna dalam mencapai iklim PAKEM ( Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan ) adalah tuntutan yang harus diupayakan oleh guru.
Keanekaragaman model pembelajaran yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD) . Ini berarti tidak ada model pem-belajaran yang paling baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari model pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian dari Membaca Permulaan ?
2.      Apa tujuan dari membaca permulaan ?
3.      Bagaimana model Pembelajaran Fonik dan cantol Roudhoh ?

C.     Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui apa pengertian dari membaca permulaan.
2.      Untuk mengetahui tujuan dari membaca permulaan.
3.      Untuk mengetahui Bagaimana model Pembelajaran Fonik dan cantol Roudhoh.








BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Membaca Permulaan
Membaca Permulaan adalah merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak mulai memasuki bangku sekolah.Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar.Membaca Permulaan merupakan menu utama.
Mengapa disebut permulaan?Karena peralihan dari masa bermain di TK atau dari lingkungan rumah ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak.Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal masa persekolahan tersebut adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah.
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya .
Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilihan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana.Yang dimaksud melek wacana adalah kemampuan membaca  yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut.


B.     Tujuan Membaca Permulaan
Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan alat pemersatu bangsa.
Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia khusunya aspek membaca untuk SD dan MI adalah “ membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraph,berbagai teks bacaan,denah,petunjuk, tata tertib, pengumuman,kamus, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak,syair lagu, pantun, dan drama anak. Kemampuan membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya baca”.
Standar Kompetensi aspek membaca di kelas 1 sekolah dasar ialah siswa mampu membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan membaca nyaring beberapa kalimat sederhana. Standar Kompetensi ini diturunkan ke dalam 4 Kompetensi Dasar, yakni :
1.      Membiasakan membaca yang benar;
2.      Membaca nyaring;
3.      Membaca bersuara(lancar);
4.      Membacakan penggalan cerita.
Secara teoritis ada beberapa pendapat tentang pengajaran membaca. Menurut I Gusti Ngurah Oka(1983) sebagai berikut:
1.      Pengajaran Membaca Permulaan
Pengajaran membaca permulaan ini disajikan kepada siswa tingkat-tingkat permulaan SD. Tujuannya adalah membinakan dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerak mata membaca dari kiri ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana.



2.      Pengajaran Membaca Nyaring
Pengajaran membaca nyaring ini merupakan lanjutan dari membaca permulaan.Membaca nyaring juga sudah tergolong tingkat lanjut, seperti membaca sebuah kutipan dengan suara nyaring.

3.      Pengajaran Membaca dalam Hati
Pengajaran membaca ini membina siswa agar mampu membaca tanpa suara dan mampu memahami isi tuturan tertulis yang dibacanya, baik isi pokok maupun isi bagiannya.

4.      Pengajaran Membaca Pemahaman
Dalam praktinya membaca pemahaman tidak jauh berbeda dengan membaca dalam hati .

5.      Pengajaran Membaca Bahasa
Pengajaran membaca ini pada dasarnya merupakan alat dari pengajaran bahasa. Guru memanfaatkannya untuk mrmbina kemampuan bahasa siswa.

6.      Pengajaran Membaca Teknik
Pengajaran membaca teknik memusatkan perhatiannya kepada pembinaan kemampuan siswa mengenai teknik membaca yang baik.Pengajaran membaca ini banyak pula terlibat cara-cara membaca suatu tuturan tertulis yang tergolong rumit.

C.     Model Pembelajaran Fonik dan Cantol Roudhoh
Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses belajar mengajar dari awal sampai akhiar. Dalam model pembelajaran sudah mencerminkan penerapan suatu pendekatan, metode, teknik atau taktik pembelajaran sekaligus. Menurut Udin (1996) model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.Model berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

1.      Model Pembelajaran Fonik
Arti kata Fonik menurut KBBI yaitu metode mengajar membaca dengan menggunakan konsep-konsep fonetik yg sederhana.Fonetik adalah ilmu yang mempelajari produksi bunyi bahasa.Ilmu ini berangkat dari teori fisika dasar yang mendeskripsikan bahwa bunyi pada hakikatnya adalah gejala yang timbul akibat adanya benda yang bergetar dan menggetarkan udara di sekitarnya.Oleh karena bunyi bahasa juga merupakan bunyi, bunyi bahasa juga tentunya diciptakan dari adanya getaran suatu benda yang menyebabkan udara itu bergetar.Perbedaan antara bunyi bahasa dengan bunyi lainnya menurut fonetik adalah bunyi bahasa tercipta atas getaran alat-alat ucap manusi, sedangkan bunyi biasanya tercipta dari getaran benda-benda selain alat ucap manusia. Namun demikian, pada dasarnya deskripsi bunyi bahasa fonetik ini masih kurang lengkap sehingga akan dilengkapi oleh deskripsi bunyi bahasa menurut fonemi.
Model pembelajaran fonik menekankan kata melalui proses men-dengarkan bunyi huruf. Pada mulanya anak diajak mengenal bunyi-bunyi huruf kemudian huruf-huruf tersebut menjadi suku kata dan kata. Untuk memperkenalkan bunyi berbagai huruf biasanya mengaitkan huruf – huruf tersebut dengan huruf depan berbagai nama benda yang sudah dikenal anak seperti huruf a dengan gambar ayam, huruf b dengan gambar buku, dan seterusnya Menurut Thahir (2007) membaca pada metode fonik memiliki tiga tahapan yaitu:
1)      Tahap merah Membaca dengan suku kata terbuka contoh : Mata, papa, mama .
2)      Tahap biru Membaca kata yang mengandung suku kata tertutup contoh : motor (mo-tor), jendela (jen-dela).
3)      Tahap hijau Membaca kata yang mengandung suku kata doble vokal dan doble konsonan. Contoh doble vokal : pakai (pa-kai), pulau (pu-lau). Contoh doble konsonan : nyenyak ( nye-nyak), bintang (bin-tang), struktur (struk-tur).
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru atau pengajar untuk mengajarkan kepada anak-anaknya membaca menggunakan model pembelajaran fonik, diantaranya :
·         Memperkenalkan Huruf dengan Suara Menggunakan Kartu Huruf
1)      Buat, beli, atau cetak satu set kartu abjad. Siapkan 26 kartu, satu untuk setiap huruf; setiap kartu bisa hanya memilki huruf kapital, huruf kecil, atau keduanya. Kartu ini akan digunakan untuk melatih pengenalan huruf dan pengenalan suara anak. 
2)      Kocok kartu supaya urutannya acak. Pegang satu kartu setiap kalinya. Minta anak mengucapkan nama setiap huruf di kartu. Setelah itu, minta anak melafalkan suara setiap huruf. [3](Pandulah anak sesuai kebutuhannya untuk huruf-huruf yang menghasilkan lebih dari satu suara. Misalnya, “Benar, suara huruf ‘e’ memang seperti yang ada di kata ‘cepat’, tetapi, suara apa yang ada dalah kata ‘pesta’?”)
3)      Beralihlah ke kartu kombinasi huruf. Seiring meningkatnya kemahiran anak, dia akan siap untuk mengidentifikasi pola huruf, yaitu dua huruf yang digabungkan untuk menghasilkan satu suara. Siapkan kartu-kartu baru berisi diftong (pasangan huruf vokal yang membentuk satu suara), yaitu /au/, /ai/, /ei/, dan /oi/[4]; dan digraf (dua huruf konsonan yang membentuk satu suara), yaitu /kh/, /ng/, /ny/, dan /sy/.

·         Mencocokkan Suara Huruf dengan Kartu Gambar
1)      Identifikasi kecocokan suara dan huruf. Minta anak mengurutkan kartu-kartu gambar sesuai suaranya di awal kata untuk membangun pengenalan kecocokan suara dan hurufnya. Siapkan kartu gambar yang berisi minimal satu gambar yang diawali dengan setiap huruf di abjad. 
2)      Pilih kelompok gambar untuk memulai latihan. Pilih set berisi tiga kata yang huruf awalnya berupa konsonan dan ketiganya sangat berbeda, misalnya: /b/, /s/, dan /t/. Ulas kartu sebelum Anda meminta anak mengurutkannya sesuai suara huruf awal. 
3)      Minta anak mengurutkan gambar sesuai suara di akhir kata. Setelah beberapa kali latihan dengan suara di awal kata, coba naikkan tingkat kesulitan dengan memakai suara di akhir kata. Sebagai contoh, buat beberapa kartu dengan gambar jerapah, celana, bulan, meja, gajah, dan pohon. 
4)      Naikkan tingkat kesulitan dengan berfokus pada huruf vokal dan kombinasi.Pada akhirnya, anak bisa melanjutkan dengan mengurutkan gambar sesuai suara di pertengahan kata yang berupa huruf vokal, misalnya: /a/: kait, baik, saudara; /o/: toilet, boikot. Demikian pula, minta anak mengurutkan huruf-huruf digraf di awal kata, miisalnya nyata dan nyamuk.
·         Membuat Kata dengan Mengisi Kotak Kosong
1)      Buat satu set beberapa kotak kosong dan kartu huruf. Gunakan papan tulis kecil untuk latihan ini. Buat kotak-kotak kosong yang berurutan secara menyamping (sebaiknya mulai dari tiga kotak). Setiap kotak mewakili satu suara dalam kata yang dipilih. (Letakkan beberapa kartu atau magnet huruf yang berbeda-beda di bawah kotak-kotak kosong. Anda bisa mewarnai huruf konsonan dengan warna hitam, dan merah untuk huruf vokal.)
2)      Ucapkan kata K-O-K kepada anak. Kata K-O-K adalah kata yang terdiri dari satu huruf vokal yang dijepit dua konsonan sehingga menghasilkan suara vokal pendek. Kata K-O-K terdiri dari suara dan huruf yang berjumlah sama.
Contohnya adalah: lem, bak, pak, bel, dam, dll. Setelah Anda mengucapkan kata, minta anak mengulanginya perlahan-lahan, dan melafalkan setiap suara yang terdengar: /l/, /e/, /m/.
3)      Minta anak untuk memilih huruf yang tepat untuk setiap suara yang didengarnya. Minta anak untuk mulai menyusun huruf dengan meletakkan kartu huruf di kotak kosong, dimulai dari yang paling kiri dan berlanjut ke kanan. Hal ini akan membuat anak belajar menyusun kata dengan urutan yang benar. Pandulah anak jika kesulitan. “Suara huruf di tengah kata “lem” mirip dengan awal kata “enak”. Huruf apa yang memulai kata enak?”
4)      Kembangkan pemahaman pola huruf. Teruskan aktivitas dengan mengajarkan kata yang berisi diftong dan/atau digraf. Kata yang memiliki diftong dan digraf (gabungan dua huruf menjadi satu suara) selalu memiliki jumlah huruf melebihi jumlah suaranya.[13]Sebagai contoh: pulau, koboi, lambai, nyamuk, singa. Gunakan empat kotak untuk kata berhuruf lima. Minta anak meletakkan pasangan huruf yang membuat satu suara ke satu kotak
Model pembelajaran fonik memiliki keunggulan atau kelebihan tersendiri apabila digunakan untuk metode membaca permulaan, diantaranya :
·         Pengajaran fonik sesuai dengan kerja otak
·         Mudah dilaksanakan (dengan peraga-peraga sederhana yang bisa diusahakan sendiri)
·         Sesuai dengan karakter bahasa
·         Meningkatkan keterbacaan
·         Mengajarkan bahsa secara menyeluruh

2.      Model Pembelajaran Cantol Roudhoh
Cantol Roudhoh (CR) adalah model yang mendasarkan diri pada korespondensi bunyi-silabel.CR mengambil suku kata sebagai unsur dasar membaca. Selain berbasis pada suku kata, CR juga mendasarkan diri pada kesadaran grafofonemik dalam wujud suku kata sebagai pengait (cantol) agar anak mudah mengingat kata-kata yang akan dibaca. Suku kata tertentu memiliki pengait kata tertentu pula. Suku ‘ca’ terkait dengan ‘cabe’, ‘da’ terkait dengan ‘dasi’, dan ‘ga’ terkait dengan ‘gajah’. Kata pengait dibuat semudah mungkin dan dikenal anak.CR dikembangkan dari teknik menghafal yang dibuat semenarik mungkin.Metode yang sudah dikembangkan sejak tahun 2000 ini banyak diterapkan di TK dan RA. CR terdiri dari tiga paket, yakni paket A (20 kata), paket B (4 kelompok suku kata), dan paket C (1 kelompok untuk suku tertutup). CR selalu dikaitkan dengan referen dari kata yang dikenalkan pada anak.Pendek kata, sebelum dipajani kartu suku kata tertentu, anak dipajani gambar atau benda yang menjadi cantol-nya.Sebelum mengenal suku kata ca, misalnya, anak dipajani cabe atau gambar cabe.
Metode Cantol Roudhoh adalah metode yang dikembangkan untuk membantu anak-anak usia prasekolah bisa membaca dalam waktu 32 jam.
Karena kemampuan membaca bagi anak ketika memasuki jenjang Sekolah Dasar menjadi Kebutuhan utama, secara langsung atau tidak langsung di kelas 1 anak dituntut untuk bisa membaca. Hal ini akan berpengaruh kepada kepercayaan diri anak yang berefek kepada keberhasilan prestasinya. Untuk itu kemampuan membaca menjadi hal yang sangat penting.
Namun disisi lain mengajarkan membaca kepada anak diusia balita tidak sama seperti mengajarkan kepada anak diusia SD. Dunia anak adalah dunia bermain, jangan sampai dunianya hilang karena kita memaksanya di luar kesadaran kita yang dapat menimbulkan efek di kemudian hari bagi tahap perkembangannya.
Semenjak tahun 2000 Lembaga Pendidikan Pra Sekolah Roudhoh mengembangkan metoda membaca dengan sistem bermain , bercerita dan bernyanyi yang dinamakan “metode Baca cantol Roudhoh” Metoda ini terbukti efektif diterapkan kepada anak-anak pra sekolah. Rata-rata dalam 32 jam(32 kali pertemuan) anak-anak sudah dapat membaca dengan lancar.
Metoda Baca Cantol Roudhoh adalah metoda yang dikembangkan berdasarkan prinsip “Bermain sambil Belajar” dengan memaksimalkan aspek Visual, Auditorial dan kinestetik yang didalamnya terdapat unsur warna ,gambar nada, irama dan rasa nyaman. Lagu merupakan salah satu unsur didalamnya. Ketiga aspektersebut dipadukan dengan menghapal cepat yaitu “metoda cantol” yangdikembangkan dalam Quantum Learning. Dalam metoda ini anak dipermudah dengan hanya mengingat 22 cantolan gambar. Masing-masing cantolan terdapat kelompok suku katanya yang mudah dihapal dalam bentuk lagu sehingga metoda ini sangat mudah sekali diserap oleh anak-anak pra sekolah.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru atau pengajar untuk mengajarkan kepada anak-anaknya membaca menggunakan model pembelajaran Cantol Roudhoh, diantaranya :
1. Kartu Suku Kata
Kartu suku kata adalah kartu yang didalamnya terdapat suku kata yang biasanya terdiri dari satu suku kata atau lebih. Kartu suku kata biasa digunakan untuk mempermudah pengajaran keterampilan membaca pada anak usia perkembangan. Dalam penampilan secara visual kartu suku kata ini dapat dilengkapi dengan gambar untuk mendukungvisual support sebagai pemudah bagi anak menghafalnya ataupun hanya tampilan suku kata yang akan diajarkan saja tanpa ada gambar sebagai pendukung.


2. Gambar animasi
Gambar animasi adalah gambar bergerak yang di dalamnya terdiri dari beberapa objek yang biasanya dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan mempermudah anak untuk dapat mengenali dan menghafalnya, pada setiap penayangan gambar animasi dalam rangka melatih keterampilan membaca anak cerebral palsy, anak mendapatkan pengalaman- pengalaman visual di dalamnya seperti berbagai macam objek dan dalam setiapobjek yang dimunculkan akan muncul pula suku kata yang berawlan sama dengan objek yang dimunculkan dan suku kata penyerta sesuai dengan huruf konsonan yang sedang divisualkan. Dalam meningkatkan keterampilan membaca suku kata anak dibimbing untuk dapat melafalkan suku katayang dilihat dalam gambar animasi dengan benar tanpa mengeja secara terpisah, selain visual support dalam gambar animasi itupun dilengkapi dengan lagu pengiring dalam setiap gambar sesuai suku kata yang ditampilkan agar anak dapat dengan mudah menghafal dan melafalkannya.Gambar animasi digunakan sebagai media dalam melatih keterampilan anak  dalam membacasuku kata sederhana. Gambar animasi yang digunakan dalam  terdiri dari 5 gambar berbeda pada setiap kemunculan sesuai dengan urutan abjad konsonan yang akan diajarkan. Gambar animasi ini dilengkapi dengan lagu disetiap slide suku kata yang ditayangkan. Hal inibertujuan untuk dapat mempermudah anak menghafal
suku kata yang terdapat dalam kaset VCD tersebut.
Beberapa kelebihan metoda Baca Cantol Roudhoh, yaitu :
1.      Anak cepat dan mudah dapat membaca rata-rata 20-32 jam
2.      Disampaikan dengan bermain, bernyanyi dan bercerita
3.      20 lagu riang yang disesuaikan dengan metoda ini sehingga anak mudah mengingatnya
4.      Menggunakan alat peraga yang sangat disukai anak
5.      Anak dapat menulis dengan lancar
6.      Menumbuhkan minat baca yang tinggi
7.      Mengembangkan 5 aspek kemampuan anak yang dibutuhkan di SD yaitu : MASEK :(Moral, Agama, Sosial, emosional dan kemandirian), Bahasa, kognitif, Seni dan fisik
8.      Memaksimalkan gaya belajar Visual, Auditurial dan Kinestetik sehingga dapat meningkatkan kecerdasan anak.
9.      Sudah teruji di 61 kota besar di Indonesia semenjak tahun 2000
10.  Dapat untuk terapi anak autis dan hiperaktif




BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Membaca permulaan merupakan pembelajaran yang dioreientasi-kan kepada kemampuan membaca permulaan dikelas-kelas rendah pada saat anak mulai memasuki bangku sekolah dasar. Tujuan dari membaca permulaan diantaranya : pengenalan, pemahaman, dan bisa membedakan tanda dan makna.
            Model pembelajaran membaca permulaan menurut Udin (1996) yaitu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar atau memcapai tujuan tertentu. Ada dua contoh model pembelajaran membaca permulaan, yaitu model fonik dan cantol Roudhoh.
            Model pembelajaran fonik menekankan kata melalui proses mendengarkan bunyi huruf sedangkan model pembelajaran cantol roudhoh yaitu model yang mendasarkan diri pada korespondensi bunyi-silabel atau menekankan pembelajaran suku kata sebagai unsur dasar membaca.
B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas. 





DAFTAR PUSTAKA

Oka, I Gusti Ngurah. (1983). Pengantar Membaca dan Pengajaran. Surabaya: Usaha Nasional
Lilyardas. (2012). Belajar Membaca dengan Metode Fonik. [Online]. Tersedia :
Islamedia. (2011). Pelatihan Metode Baca cantol roudhoh. [Online]. Tersedia:
            https://www.islamedia.id./2011/11/pelatihan-metode-baca-cantol-roudhoh.html.  [11 Maret2019]
                        http://repository.uin-suska.ac.id





                                                                                                                             

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH : Pendidikan sebagi Ilmu dan Seni

Pengertian Larutan Asam, Basa, dan Garam

sejarah, bunyi, dan uraian islah tsamaniyah