Kearifan Lokal di Desa Cicurug

Kearifan Lokal di Desa Cicurug

Desa cicurug memiliki nama yang terdiri dari gabungan dua kata, yaitu kata "Ci" dan "Curug". Menurut sesepuh atau orang yang di anggap paling tua di desa ini, beliau mengartikan bahwa kata " Ci" memiliki arti "Air" dan kata "Curug" memiliki arti "air yang turun dari atas / air terjun". Desa ini diberi nama desa cicurug karena pada dahulu kala di tempat tersebut terdapat curug yang selalu mengalirkan air yang jernih, sehingga air tersebut memberikan banyak manfaat kepada masyarakat sekitar, maka dari sana lah asal-usul pemberian nama desa tersebut.
Di desa ini, terdapat sebuah peninggalan sejarah pada masa penjajahan Belanda yaitu berupa komplek pemakaman belanda. Masyarakat sekitar biasanya menyebut tempat tersebut dengan sebutan kerkof / kerhkoff yang memiliki arti " halaman gereja" dalam bahasa belanda dan dahulu kerhkoff identik dengan komplek pemakaman. Ketika akan memasuki kawasan pemakaman tersebut, terdapat sebuah gapura yang berdiri cukup kokoh dan menghadap ke arah utara. Bentuk makam terdiri dari beberapa jenis, seperti bentuk tugu dan peti/sarkofagus.

Foto : Gapura Pemakaman Belanda, Cicurug, Majalengka

Selain dari terdapatnya peninggalan sejarah, di desa cicurug juga memiliki tradisi atau adat istiadat yang unik dan bisa jadi tidak terdapat di desa lainnya. Tradis yang biasanya sering dilakukan yaitu Hajat Uwar. Dimana hajat ini dilakukan setelah terjadi gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana bulan. Menurut sesepuh didesa tersebut, hajat uwar di lakukan dengan tujuan agar masyarakat desa tersebut sadar akan keagungan dan kebesaran sang pencipta dan juga agar desa tersebut terhindar dari mala petaka. Hajat ini dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh masyarakat yang ada di desa terseMajalengka membawa makanan, kemudian orang yang dianggap sebagai sesepuh di desa cicurug akan memimpin dalam proses pelaksanaan hajat uwar, di mulai dari sholawat sampai do'a. Makanan yang tadi dibawa oleh setiap orang nya, kemudian dikumpulkan dalam beberapa wadah setelah acara hajat selesai, makanan tersebut dibagikan lagi pada mereka.

Selain hajat uwar, ada salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh ibu hamil ketika terjadi gempa atau masyarakat sering menyebut nya dengan "Lini". Konon katanya, apabila sedang terjadi gempa, ibu hamil harus berlindung dibawah meja dan setelah gempa berakhir, ibu hamil harus berendam di sungai atau kali. Mereka percaya bahwa jika mereka melakukan hal tersebut, maka bayi yang ada dalam kandungam nya akan tetap baik-baik saja dan terhindar dari malapetaka. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sebagian masyarakat tidak melakukan hal tersebut dan tidak percaya akan dampak yang didapat apabila tidak melakukannya.
Meskipun memiliki tradisi yang bisa di bilang " unik", namun kebersamaan dan rasa gotong royong maupun rasa saling menghargai tetap terjada di desa cicurug.

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH : Pendidikan sebagi Ilmu dan Seni

Kumpulan nama senyawa asam kuat , asam lemah, basa kuat, basa lemah.

sejarah, bunyi, dan uraian islah tsamaniyah