KONSEP PEMBELAJARAN PROSA DI SEKOLAH DASAR

 

KONSEP PEMBELAJARAN PROSA DI SEKOLAH DASAR

Prosa adalah karangan bebas, tidak terikat oleh rima dan ritma. Prosa berasal dari kata “orate provosa” yang berarti uraian langsung, cerita langsung, atau karya sastra yang menggunakan bahasa terurau. Sejalan dengan pendapat Yuwono (2007) mengatakan bahwa prosa adalah karya sastra yang bersifat uraian atau naratif. Prosa merupakan merupakan karya sastra dalam bentuk cerita, seperti novel dan cerpen. Tujuan pemelajaran sastra diarahkan untuk memahami dan mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra (Rusyana, 1984). Untuk mengapresiasi sebuah karya sastra  harus terlebih dapat memahami memaknai, dan menginterpretasi karya tersebut. Dalam proses pembelajaran apresiasi sastra di sekolah dasar, guru berperan untuk membacakan karya sastra bersifat ekspresif, yaitu membacakan dengan mengekspresikan isi dan makna karya sastra yang dibacakan. Sedangkan, siswa membaca karya sastra bersifat impresif, yaitu membaca dengan maksud menangkap maksud pengarang melalui imajinasinya atau makna bacaan (Priyatni, 2010).

Jenis prosa ada dua yaitu prosa fiksi dan prosa non fiksi. Prosa fiksi adalah jenis prosa yang dihasilkan dari proses imajinasi. Prosa fiksi untuk pembelajaran di sekolah dasar masih dibagi lagi menjadi mithe, legende, fable, maupun dongeng. Fabel adalah cerita binatang yang maksudkan sebagai personifikasi karakter manusia. Binatang-binatang yang dijadikan tokoh dapat berbicara, bersikap dan berperilaku sebagaimana manusia. Mitos adalah cerita masa lampau. Mitos dapat dipahami sebagai cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supranatural yang lain, yang sering mengandung pendewaan manusia atau manusia keturunan dewa.

Pebelajaran apresiasi prosa untuk sekolah dasar tentu disesuaikan dengan tingkatan pendidikan dan tingkatan usia. Maksudnya, pembelajaran apresiasi prosa disekolah dasar mengambil objek atau materi prosa untuk anak-anak, yaitu sastra anak. Prosa anak atau sastra anak maksudnya adalah prosa yang mengungkapkan dunia anak-anak atau dunia yang dekat dengan kehidupan anak-anak dengan bahasa yang mudah dan dapat dipahami oleh anak-anak. Sastra anak adalah sastra yang mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak yang dapat dilihat dan dipahami melalui anak-anak. Sifat sastra anak adalah imajinatif, bukan berdasarkan fakta. Sastra anak bukan hanya karya yang dibuat oleh anak-anak, bukan dibatasi oleh pengarangnya, melainkan untuk siapa karya itu diciptakan. Pembelajaran apresiasi prosa anak bertujuan agar dapat membentuk kepribadian anak dan meuntun kecerdasan emosi anak melalui penanaman nilai-nilai budi yang terkandung pada prosa.

Salah satu strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran prosa di sekolah dasar yaitu strategi pemodelan berbantu media cetak. Dalam strategi ini guru akan memperlihatkan beberapa contoh karangan yang terdapat dalam media cetak. Pada strategi pemodelan berbantuan  media  cetak  suasana  belajar menjadi   lebih   bergairah.   Karena   pada umumnya  siswa  lebih  tertarik  dan  lebih mudah    mengingat     pelajaran    apabila melihat    contoh    secara    langsung (Darmani dkk, (2013).

Persiapan untuk pembelajaran apresiasi sastra merupakan usaha mempersiapkan diri guru dan persiapan segala hal yang berhubungan dengan pembelajaran. Untuk itulah materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, buku sumber, sarana, evaluasi, haruslah dipersiapkan sebaiknya oleh guru sesuai dengan tuntutan tujuan dan keadaan siswa. Dalam pembelajaran apresiasi sastra, guru harus berusaha agar kegiatan belajar mengajar tetap hidup, menghindari kemonotonan, menimbulkan unsur kejutan, ketakjuban dan kesenangan dari karya sastra yang diajarkan. Dalam pelaksanaan pembelajaran sastra guru harus paham tentang hakikat pembelajaran serta tujuan pembelajaran sastra. Dengan memahami hakikat serta tujuan pembelajaran sastra maka guru dapat memilih materi, metoda, pendekatan yang sesuai sehingga proses apresiasi sastra maupun hasil pembelajaran akan memuaskan.

Memilih materi pembelajaran adalah langkah guru selanjutnya dalam kegiatan belajar mengajar setelah menentukan tujuan pembelajaran atau indikator. Materi pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kompetensi dasar, minat, usia siswa sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna. Berkaitan dengan pemilihan materi ajar di atas ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan. Menurut Atar Semi (1990:190) hal-hal pertimbangan itu adalah: (a) pengalaman belajar siswa, (b) perbedaan intelektual siswa, latar belakang budaya, (c) kemudahan mendapatkan dan menggunakannya, (d) jumlah dan macam tujuan. Sedangkan pemilihan materi ajar sastra haruslah disesuaikan juga dengan perkembangan jiwa siswa di sekolah dasar.

 

 

 

Refernsi

Darmani, N.N., Marhaeni, A.A.,Sutama, I.M. (2013). PENGARUH STARTEGI PEMODELAN BERBANTU MEDIA CETAK TERHADAP KEMAMPUAN MENGARANG PROSA SISWA KELAS V SD DI TINJAU DARI BAKAT VERBAL. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.3.

Priyatni, E.T. (2010). Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.

Yuwono, U. (2007). Gerbang Sastra Indonesia Klasik. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH : Pendidikan sebagi Ilmu dan Seni

Kumpulan nama senyawa asam kuat , asam lemah, basa kuat, basa lemah.

sejarah, bunyi, dan uraian islah tsamaniyah